Latest Games :
Home » » peserta didik

peserta didik

Kamis, 22 November 2012 | 0 komentar


PESERTA DIDIK

1.    Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah sekumpulan anggota masyarakat yang mencoba mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya meruakan sosok anak yang membutuhkan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Ia adalah sosok yang selalu mengalami perkembangan semenjak lahir hingga meninggal dengan perubahan-perubahan yang wajar (sutari imam barnadib, 1995)
2.    Pesetra Didik Sebagai Persona
Pandangan moderen dewasa ini memamndang peserta didik sebagai persona, dalam artian mahluk yang pribadi yang bukan lagi objek atau non pribadi. Peserta didik adalah subjek yang otonom yang memiliki motivasi, hasrat, ekspresi, cita-cita, mampu merasakan kesedihan, kemarahan, kebahagiaan dan sebagainya. Sklaku subyek yang otonom dia ingin mengembangkan diri nya agak potensi dirinya muncul, dan dapat memecahkan maslah-masalah hidupnya.umar tirta rahardja dan la sulo (1994) menjelaskan ada beberapa ciri peserta didik yang peru di fahami bahwa peserta didik merupakan :
a.    Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b.    Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada prubahan secara wajar pada dirinya sendiri atau dalam upaya penyesuaian dengan lingkungan.
c.    Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d.   Individu yang memiliki kamampuan untuk mandiri
Keempat ciri di atas merupakan justifikasi keunikan peserta didik yang multi dimensional. Aneka dimesi bisa menjelma pada didi peserta didik, saat berinteraksi dengan lingkungan diantaranya adalah :
a.    Dimensi individualitas pada peserta didik terwujud dalam kemandirian, ketekunan, kerja keras, kebranian, kepercayaan diri, kekuatan semngat, dan ambisi.
b.    Dimemsi sosialitas yang tampak pada peserta didik seperti sikap dermawan, saling menolong, tleransi, suka berbagi, berorganisasi, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
c.    Dimensi religius dalam diri peserta didik nampak pada ketakwaanya pada tuhan yang maha esa, dengan menjalankan ajaran agamanya, beribadah, ketekunan, besedia berdakwah, dan kepasrahanya atau tawakal.
d.   Dimensi historisitas tampak pada diri peserta didik yang senang menyelidiki kisah-kisah kuno, kegemaran mencatat kejadian sejarah, pemahaman akan pentingnya sejarah, dan kemampuan mengkreasi sejarah.
e.    Dimensi moralitas pada diri peserta didik nampak pada pengetahuan nya tentang nilai-nilai moral, etika, soapan santuk, kode etik yang universal.
Semua keunikan yang ada pada diri peserta didik sebagai pribadi manusia sudah jelas menjadi pembeda dengan mahluk lain, selain itu juga karna manusia memiliki kecerdasan. Thomas amstrong (1993) menyebutkan kecerdasan ganda pada diri manusia meliputi tujuh macam kecerdasan diantaranya, yaitu : verbal intelegences, musical intelegences, spatial intelegences, kinasthetical intelegences, loghical matematical intelegences, sosial intelegences, intrapersonal intelegences.
3.    Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Sebagai manusia yang memiliki potensi kodrati peserta didik memungkinkan untuk dapat berkembang menjadi manusia yang sempurna. Istilah pertumbuhan pada peserta didik lebih di artikan pada perkembangan fisik, seperti pertambahan tinggi berat badan dan lain sebagainya. Sedangkan perkembangan lebih di artikan pada aspek psikis peserta didik, seperti kemampuan cipka, karsa, rasa, karya, kematangan pribadi dan sebagainya. Menurut hurlock (1992) perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat proses kematangan dan pengalaman.
Sutari imam barnadip (1995) dalam bukunya crow and crow mengenalkan beberapa usia perkembangan diantaranya :
a.    Usia kronologis
b.    Usia kejasmanian
c.    Usia anatomis
d.   Usia kejiwaan
e.    Usia pengalaman
Usia perkembangan yang ada pada peserta didik tersebut harus di fahami oleh pendidik. Karna peserta didik dalam perkembanganya tidak selalu bisa seragam ada yang mengalami loncatan ada pula yang mengalami keterlambatan. Dalam banyak kasus ada ada yang cepat perkembangan jiwanya namun perkembangan jasmaninya lambat, ada pula yang sebaliknya.
Charlotte buhler juga mengemukakan bahwa perkembangan yang berlangsung pada peserta didik mengalamai tahapan-tahapan, yaitu :
1)   Masa permulaan
2)   Masa perjalanan sampai kira-kira umur 25 tahun
3)   Masa puncak masa hidup, pada umur 25 hingga 50 tahun
4)   Masa penurunan dan menarik diri dari kehidupan masyarakat, dan terakhit
5)   Masa akhir kehidupan
Terhadap semua yang telah di gambarkan tersebut paling tidak ada lima asas perkembangan peserta didik menurut sutri imam barnadib (1995) :
a.    Tubuhnya selalu berkembang sehingga semakin lama semakin dapat menjadi alat untuk menyatakan kepribadiannya.
b.    Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, hal ini menyebabkan dia terikat pada pertolongan orang dewasa yang bertanggung jawap padanya.
c.    Anak membutuhkan pertolongan perlindngan serta membutuhkan pendidikan untuk kesejahtraan untuk anak didik.
d.   Anak mempunyai daya berekspresi, yaitu kekuatan untuk menemukan hal-hal baru yang meuntut pendidik untuk memberikan kesempatan padanya.
e.    Anak memiliki kecenderungan untuk memiliki emansipasi dengan orang lain.
Para ahli telah menyusun teori perkembangan peserta didik. beberapa ahli terdahulu telah membuat teori perkembanga peserta didik dengan orientasi yang beragam diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Nativisme
Teori nativsme di kenal dengan faham yang berorientasi biologis secara klasik, yang menitkberatkan pada faktor genotype. Seperti yang dipelopori oleh schopenhauer (1788-1860) yang berpendapat bahwa bayi manusia sejak lahir sudah dikaruniahi bekal bakat dan potensi baik buruk. Sehingga anak sudah membawa bapat atau potensinya sendiri-sendiri dan faktor eksternal di anggap tidak terlalu berpengaruh besar.
b.    Empirisme
Empirisme berorientasi pada pengalaman, teori yang dipelopori oleh john lock ini berpendapat bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh pengalamanya, sedangkan pembawaanya tidak penting. John lock merintis aliran baru yang dikenal dengan teori “tabuka rasa” yang beranggapan anak lahir kedunia ini bagaikan kertas putih. Istilah lain empirisme adalah enviromentalisme, sebab aliran ini menekankan pada pengalaman empiris delapangan.
c.    Naturalisme
Teori ini hampir sama dengan aliran nativisme di atas, karna keduanya berasumsi anak lahir kedunia ini sudah memiliki pembawaan. Teori naturalisme di peloporkan oleh Jaques Rousseau (1712-1778) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir sudah membawa potensi baik. Adapun perubahan yang teradi dipengaruhi oleh lingkungan pada masyarakat sekitar.
d.   Konvergensi
Teori ini dipakai untuk mensintetiskan teori-teori yang ada di atas. Teori yang dipeloporka oleh wiliam stern (1871-1939) beranggapan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh faktor internal yaitu potensi yang dibawa semenjak lahir dan dari pengalaman. Teori ini disebut teori konvergensi karna menggabungkan aliran-aliran sebelumnya menjadi memusat kesatu titik(konvergen). Implikasi dari teori ini adalah :
a)    Pendidikan mungkin dilaksanakan
b)    Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan pada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah potensi buruk.
c)    Yang membatasi pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
4.    Teori Perkembangan Peserta Didik
Teori perkembangan fisik di kemukakan oleh Gasell dan Ames (1940) Sella Illingsworth (1983) perkembangan fisik mencakup berat badan, tinggi badan, termasuk perkembangan motorik. Dalam pendidikan pengembanagn anak mencakup : kekuatan, ketahanan, kecepatan, dan keseimbangan.
Perkembangan peserta didik pada anak usia dini mengikuti delapan poa umum sebagai berikut :
a)      Contynuity (keberlanjutan), yakni perkembangan dari yang sederhada ke arah yang kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak.
b)      Uniform squence (kesamaan tahapan), yakni perkembangan yang memiliki tahapan sama untuk semua anak, meskipun kecepatan anak untuk mencapai tahapan berbeda.
c)      Maturity (kematangan), yakni suatu perkembangan yang ada peserta didik yang di pengaruhi oleh perkembangan sel syaraf.
d)     From general to specific process (proses dari umum ke khusus), yakni suatu perkembangan yang di mualai dari gerak yang bersifat umum kepada gerak yang bersifat khusus.
e)      Dari gerak reflek bawaan ke arah ter koordinasi, yakni suatu perkembangan yang dimiliki peserta didik yang di mulai dari gerak reflek bwaan semenjak lahir ke aneka gerak yang terkoordinasi dan bertujuan.
f)       Chepalo caudal direction yakni suatu perkembangan yang di tandai dengan bagian yang mendekati kepala berkembang lebih cepat dari bagian yang mendekati ekor.
g)      Proximo distal, yaitu perkembangan yang di tandai dengan bagian yang mendekati bagian sumbu tubuh berkembang terlebih dahulu di banding yang lebih jauh.
h)      From bilateral to crosslateral coordinate, yakni perkembangan yang di mulai dri koordinasi yang sama berkembang terlebih dahulu sebelum bisa melakukan koordinasi dengan orang bersilang.
5.    Teori Perkembangan biologis Peserta didik
Teori perkembangan peserta didik banyak dikemukakan para ahli seperti Aristoteles, Kretcschmer, dan Sigmund Freud. Aristoteles dan Kretcschmer dalam melihat perkembangan peserta didik lebih pada tahap perkembangan fisik, tetapi Sigmund Freud lebih melihat pengaruh perkembangan fisik terhadap tahapan prilsku libido seksual.
Perkembangan peserta didik menurut Sigmund Freud (Dirto Hadisusanto, Suryati Sidarto, dan Dwi Siswoyo, 1995) dimulai dari semenjak lahir hingga kira-kira umur 5 tahun melewati fase yang terdeferensiasi secara dinamik. Selanjutnya berkembang sampai umr 12 atau 13 tahun mengalami fase stabil yaitu fase laten. Dinamika bergejolak lagi saat mengalami masa pubertas hingga umur 20 tahun, kemudian beranjut pada masa kematangan. Dan setelah umur 20 keatas individu ini sudah mencapai kematangan dan sudah siap terjun kemasyarakat.
6.    Eori Perkembangan Intelektual Peserta Didik
Teoi pekembangan intelektual peserta didik, dalam teori Piaget perkembangan intelektual peserta didik melalui tahap-tahap. Setiap tahap perkembangan dilengkapi dengan cirir-ciri tertentu dlam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya pada tahap sensori motor peserta didik melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988)
Menurut jean piaget (Dahar, 1989) pengetahuan yang didapat peserta didik di bangun dalam pikiran melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimiliasi adalah denga cara menyerap informasi baru kedalam pikiranya. Proses akomodasi adalah penyusunan kembali dikarenakan adanya informasi baru yang masuk dalam sruktur pikiran, sehingga informasi tersebut memiliki tempat dalam struktur pikiran tersebut (Ruseffendi 1996).
Menurut jean piaget perkembanganintelektual peserta didik berlangsung melalui empat tahapan yaitu :
1)   Tahapan sensori motor
2)   Tahap pra operasional
3)   Tahap oprasional kongkrit
4)   Tahap oprasional formal
Berdasarkan teori perkembangan jean piaget dikeahui ada tiga dalil pokok kaitanya degan perkembangan intelektual yaitu :
1)   Bahwa perkembangan intelektual terjadi melalui tahapan-tahapan beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama.
2)   Bahwa tahapan-tahapan pengembangan di definisikan sebagai suatu cluster dari operasi mentalyang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
3)   Bahwa gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan, proses pengembangan yang menguraikan interaksi antara pengalaman dan struktur kognitif.
7.    Teori perkembangan Sosial Peserta Didik
Salah seorang psikologi terkenal yang merumuskan teori perkembangan sosial peserta didik adalah Erik Erikso. Erik Erikso dikenal dengan tulisan tulisanya mengenai psikologi anak. Berangkat dari teori tahap tahap perkembangan psikoseksual dari freud yang menekankan pada dorongan seksual, Erikson mengembangakan tersebut lebih menekankan pada perkembangan sosial. Dia mengembangkat teori psikososial dan membaginya menjadi delapan tahap yaitu :
1)    Tahapan pertama, yaitu sekitar umur 0-1 tahun, disebut fase trust vs mistrust, tahap pengembangan kepercayaan diri terhadap oranglain. Fokus pada panca indra olehkarna itu membutuhkan sentuhan kasih sayang.
2)    Tahap kedua, umur 2-3 tahun, Autonomi vs Shame, pada masa ini anak cenderung berontak (nakal), tapi jangan dicegah karna itu sebagai upayanya untuk pengembangan kognitif dan motoriknya, sehingga lebih baik di arahkan saja.
3)    Tahapan ke tiga, umur 4-5 tahun, Inisiatif vs Guilt, mereka cenderung banyak bertanya dan terkesan crewet, pada saat itu anak memiliki keingintahuan yang kuat dengan imajinasi yang luarbiasa. Mereka juga mengalami pengembangan inisiatif.
4)    Tahapan ke empat, umur 6-11 tahun, Industri vs Imperiority, mereka sudah bisa mengerjakan tugas –tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun masih kecenderungan kurang hati-hati dan menuntut perhatian.
5)    Tahapan ke lima, umur 12-18/20 tahun, Ego Identity vs Role on Fusion, tahap pencarian identitas diri. Anak yang sudah beranjak dewasa mulai tampil memegang peranan dalam masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dan peran yang berbeda.
6)    Tahapan ke enam, umur 18/20-30 tahun, Intimacy vs Insolation, manusia sudah siap memasuki hubungan yang intim dengan orang lain, membangun rumah tangga dengan calon pilihanya.
7)    Tahapan ke tujuh, umur 31-60 tahun, generativity vs stagnation, tahap ini di tandai dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Setelah seseorang benar-benar matang dan dewasa.
8)    Tahapan ke delapan, umur 60 tahun ke atas, Ego Integrity vs Putus asa, masa ini dimulai pada usia 60 an, dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya.
8.    Teori Perkembangan Mental Peserta Didik
Lev Vygotsky pendapatnya hampir sama dengan Jean Piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan, yaitu apa yang diketahui siswa bukan hasil kopi dari apa yang ditemukan di lingkungan, tetapi merupakan hasil dari kegiatan siswa tersebut yang diolah melalui bahasa. Meskipun kedua ali memperhatikan pertumbuhan pengetahuan dan pemahaman tentang dunia sekitar, piaget lebih memberikan tekanan pada prses mental anak vygotsky lebih menekankan pada peran pengajaran dan interaksi sosial (Howe and Jones, 1993).
9.    Teori Perkembangan Moral Peserta Didik.
Sebagai seorang yang mengembangkan gagasan pertama tentang perkembangan moral peserta didik, John Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahap tingkatan yaitu : tahap premoral atau preconventional, tahap conventional dan tahap autonomous. 
Jean Piaget juga berusaha mendefinisikan tingkat perkembangan moral anak-anak sebagai peserta didik melalui pengamatan dan wawancara. Menurutnya ketidakmatangan moral anak dikarenakan dua hal yakni :
1)      keterbatasan moral anak: egosentris dan realistic, 
2)      rasa hormat pada orang tua/dewasa yang heterogen. 
Dalam pandangannya tentang tahap-tahap perkembangan moral, Piaget membaginya ke dalam tiga tahap yaitu tahap Non-morality, Heteronomous morality, dan Autonomous morality.
Tahap-tahap perkembangan moral diperinci sebagai berikut:
Tahapan pertama adalah pre-conventional. Pada tahap ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan 1 adalah moralitas heteronomous. Tingkatan 2 adalah moralitas individu dan timbale balik.
Tahap kedua adalah conventional. Pada tahap ini terdapat dua tingkatan sebagai kelanjutan dari sebelumnya yaitu : tingkatan 3 moralitas harapan saling antara individu. Tingkatan 4 yaitu moralitas system sosial dan kata hati.
Tahap ketiga adalah post-conventional. Pada tahap ini terdapat tiga tingkatan yaitu tingkatan 4,5 adalah tingkat transisi dimana seseorang belum sampai pada tingkat post-conventional yang sebenarnya. Tingkatan 5 yaitu moralitas kesejahteraan sosial dan hak-hak manusia. Tingkatan 6 adalah moralitas yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral yang umum.
10.    Tipologi Kepribadian Peserta Didik.
Henry A. Murray berpendapat bahwa kepribadian akan dapat lebih mudah dipahami dengan cara menyelidiki alam ketidaksadaran seseorang. Murray kemudian membagi tipe kepribadian peserta didik khususnya anak usia dini menjadi beberapa macam, yaitu:
a)      Autonomy. 
Yaitu tipe kepribadian yang senang melakukan sesuatu secara sendiri, tidak senang dibantu orang lain, tidak senang disuruh-suruh.
b)      Affiliation. 
Yaitu tipe kepribadian yang senang bersama anak lain, suka bersahabat, suka memperbanyak teman, saling membutuhkan teman dan sahabatnya.
c)      Succurance. 
Kepribadian yang ditandai dengan selalu manja, ingin orang lain membantunya, ingin selalu minta tolong.
d)     Nurturance. 
Kepribadian yang ditandai dengan sikap pemurah, senang memberi, senang meminjami, selalu berbagi.
e)      Aggression. 
Kepribadian yang ditandai dengan sikap agresif, mudah tersinggung dan marah, jika diganggu akan menyerang balik dengan berlebihan.
f)       Dominance. 
Tipe kepribadian yang ingin menguasai atau mengatur teman, ingin tampil menonjol, ingin menjadi ketua kelas atau pengurus kelas.
g)      Achievement. 
Kepribadian yang ditandai dengan semangat kerja yang tinggi, ingin bisa melakukan sesuatu karya, tugas sekolah dikerjakan secara sungguh-sungguh dan cenderung tak mau dibantu.
11.    Kecerdasan Ganda Peserta Didik.
Kecerdasan adalah kapasitas yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah dan membuat cara penyelesaiannya dalam konteks yang beragam dan wajar. Kecerdasan seseorang bersifat jamak atau ganda yang meliputi unsure-unsur kecerdasan, unsur kecerdasan tersebut akan dirinci sebagai berikut:
1)   Kecerdasan matematik. Adalah kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan angka-angka secara efektif dan berpikir secara nalar.
2)   Kecerdasan lingual. Adalah kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.
3)   Kecerdasan musical. Adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk mempersepsikan, mendiskriminasikan, mengubah dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.
4)   Kecerdasan visual-spasial. Adalah kemampuan peserta didik untuk menangkap dunia ruang visual secara akurat dan melakukan perubahan-perubahan terhadap persepsi tersebut.
5)   Kecerdasan kinestetik. Adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam menggunakan seluruh tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan atau menggunakan kedua tangan untuk menghasilkan dan mentransformasikan sesuatu.
6)   Kecerdasan interpersonal. Adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk mempersepsikan dan menangkap perbedaan-perbedaan mood, tujuan, motivasi dan perasaan-perasaan orang lain.
7)   Kecerdasan intrapersonal. Adalah kemampuan menyadari diri dan mewujudkan keseimbangan mental-emosional dalam diri peserta didik untuk bisa beradaptasi sesuai dengan dasar dari pengetahuan yang dimiliki.
8)   Kecerdasan natural. Adalah kemampuan peserta didik untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam atau hutan.
12.    Peserta Didik Berbakat.
Setiap diri peserta didik memiliki bakat dan minat. Bakat merupakan suatu kelebihan yang dimiliki oleh peserta didik yang mengarah pada aneka kemampuan. Ada sejumlah peserta didik yang memiliki kelebihan dalam hal kemampuan numeric, mekanik, berpikir abstrak, relasi ruang, dan verbal. Sedangkan minat adalah keinginan yang berasal dari dalam diri peserta didik terhadap obyek atau aktivitas tertentu.
Kepemilikan bakat dan minat sangat berpengaruh pada prestasi hasil belajar peserta didik. Menurut Yaumil (1991) ada tiga kelompok keberbakatan yaitu :
1)      Kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability).
2)      Kreativitas (creativity) yang tergolong tinggi.
3)      Komitmen terhadap tugas (task commitment) yang tergolong tinggi.


  • Diambil dari buku ilmu pendidikan                 "UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA" 

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Alip Template | Mas Template
Copyright © 2011. kodok ijo - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger